Tentang Daging dan Aqiqah Jogja Murah
Foto: Suara.com |
Bicara
soal makanan, tentu bicara soal selera. Setiap orang punya selera
masing-masing. Misalnya, ada yang makan bubur harus diaduk dulu, ada
juga yang sangat anti mengaduk bubur. Ada yang masak mie instan tanpa
meremukkan mie-nya terlebih dulu. Namun ada juga yang nggak sreg kalau
masak mie tanpa meremas-remukkan mienya sebelum memasukannya ke air
panas.
Soal jenis masakan yang disuka pun, selera orang
masing-masing. Ada yang sangat senang dengan berbagai olahan sayur.
Namun ada juga yang begitu suka dengan olahan daging. Yang suka olahan
daging pun beda-beda. Ada yang berselera makan semua jenis daging hewan
yang boleh dimakan. Tapi ada juga yang cuma mau makan daging ikan. Cuma
mau makan daging ayam. Cuma mau makan daging sapi. Dan cuma mau makan
daging kambing. Ada juga yang mau makan daging ikan dan ayam, tapi
kurang bisa menikmati makan daging sapi dan kambing. Nah, saya termasuk
dalam kelompok yang terakhir ini.
Waktu masih di usia Taman Kanak-Kanak dulu, sebenarnya saya
doyan-doyan saja makan daging sapi dan kambing. Tapi begitu memasuki
usia SD, ketika saya mulai rutin menonton pemotongan hewan qurban setiap
Idul Adha, selera saya terhadap daging jadi berubah. Sebabnya, saya tak
tega melihat sapi dan kambing dipotong. Kasihan.
Tentang tak mau makan daging sapi dan kambing ini saya pernah
berada di titik yang benar-benar sama sekali tak mengonsumsi kedua
jenis daging tersebut. Ada masa di mana ketika membeli bakso, saya cuma
ingin mangkok bakso saya berisi tahu, siomay dan goreng saja, tanpa
bola-bola bakso yang umumnya terbuat dari daging sapi. Tapi kebiasaan
membeli bakso cuma berisi tahu, siomay dan goreng ini tak berlangsung
lama. Saya berusaha sesegera mungkin berdamai dengan daging sapi.
Pelan-pelan saya membiasakan diri membeli bakso lengkap dengan daging
sapi giling yang sudah dibentuk menyerupai bola itu. Alhamdulilah,
strategi agar tak lagi "takut" makan daging sapi dengan cara makan bakso
ini sukses saya jalankan. Sekarang, kebiasaan saya yang kurang bisa
menikmati daging sapi bisa saya atasi. Kepada siapapun yang pertama kali
menemukan bakso, dimanapun Anda berada saat ini, saya mengucapkan
banyak terima kasih.
Urusan dengan daging sapi sudah beres. Tapi tidak dengan
daging kambing. Urusan saya dengan daging kambing lebih panjang. Bukan
hanya soal tidak tega melihat kambing dipotong, tapi juga karena rasa
dari daging kambing itu sendiri. Utamanya soal baunya. Beberapa kali,
saat Idul Adha tiba, dan teman-teman mengajak nyate kambing ramai-ramai,
seringkali saya hanya terlibat dalam proses masaknya saja. Pas waktunya
makan tiba, saya malah minggir. Nggak ikut makan. Sebabnya ya itu tadi.
Saya kurang bisa menikmati sate kambing. Tapi semua berubah ketika
pada suatu hari, saya menjadi tamu undangan aqiqah dan mendapat nasi
kotakan dari Aqiqah Nurul Hayat. Ketika membuka kotakan nasinya, mata
saya langsung tertuju pada satenya. Saya paham bahwa itu sate kambing.
Tapi entah mengapa ada rasa ingin mencoba. Saya tertarik dengan
tampilannya, ingin tahu rasanya sekaligus sebagai upaya “sembuh” dari
kebiasaan kurang bisa menikmati daging kambing.
Gigitan pertama tak ada masalah. Berlanjut ke gigitan kedua.
Satu tusuk pertama tandas. Lanjut ke tusuk kedua. Saya mendapati rasa
yang berbeda. Satenya empuk. Bumbunya terasa. Dan yang paling utama
adalah tidak bau prengus. Sejak saat itu saya merasa masalah saya dengan
daging kambing akan menemui penyelesaiannya. Aqiqah
Nurul Hayat yang membuat saya doyan makan sate kambing itu, ternyata
sudah ada di seluruh Indonesia, termasuk di Jogja. Aqiqah Nurul Hayat,
termasuk aqiqah Jogja murah. Aqiqah Jogja murah dengan sajian yang istimewa dan pelayanan yang istimewa pula. Jadi, teman-teman di Jogja yang sedang cari aqiqah Jogja murah bisa segera menghubungi aqiqah Nurul Hayat. Aqiqah Nurul Hayat cocok untuk Anda yang mencari aqiqah Jogja murah dengan kualitas yang jempolan. |
Komentar
Posting Komentar